Sabtu, 28 Desember 2013

TULISAN BAHASA INDONESIA



BKPM Klaim 20 Perusahaan Korea akan Investasi ke Indonesia
Kamis, 26 Desember 2013 | 18:15 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Koordinasi Pasar Modal (BKPM) Mahendra Siregar optimistis pada tahun 2014 akan banyak investor yang melirik Indonesia.
Selain karena berbagai perbaikan dan insentif yang akan diberikan pemerintah, mereka umumnya datang karena untuk memasok kebutuhan industri yang sebelumnya sudah investasi di Indonesia.
Mahendra mencontohkan masuknya perusahaan raksasa asal Korea Selatan Poco ke Indonesia, dan membentuk perusahaan patungan PT Krakatau Posco dengan PT Krakatau Steel bakal diikuti oleh perusahaan lainnya.
“Tak kurang dari 20 perusahaan industri terkait krakatu Poco akan masuk tahun 2014,” ujar Mahendra, Rabu (25/12).
Sayang, Mahendra tidak menjelaskan berapa nilai investasi dari perusahaan yang akan masuk tersebut. Industri yang akan masuk tersebut bermacam-macam baik industri yang berada di hilir, maupaun supliernya. Nah, kedatangan mereka nantinya akan membentuk suatu kumpulan industri yang saling terkait atau aglomerasi industri baja dalam satu kawasan.

Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Republik Korea, Kim Jae Hong ketika meresmikan pabrik baja terpadu Krakatau Posco mengatakan, pihaknya ingin meningkatkan investasi di Indonesia.

Kim mengatakan, sejak tahun 2011, Korsel telah menjadikan negara-negara di ASEAN menjadi target investasi terbesarnya, termasuk Indonesia.

Bahkan, bukan hanya perusahaan-perusahaan besar asal Korea yang menanamkan investasi di Indonesia. Selain Samsung, LG, Lotte, SK Energy, ada juga perusahaan menengah yang bergerak di bidang industri tekstil dan alas kaki turut berkontribusi pada perkembangan perekonomian dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistyaningsih, menilai, keberadaan aglomerasi industri baja akan meningkatkan nilai tambah industri tersebut. Selain itu, akan mengurangi impor Indonesia kedepannya. Akibatnya, akan berpengaruh kepada neraca transaksi berjalan.

“Aglomerasi akan berdampak positif, kecuali kalau di industri konsumsi,” ujar lana.

Alasannya, jika investor hanya memasarkan produknya saja di Indonesia akan merugikan perekonomian, karena impornya tetap tinggi. Selain itu, dengan membangun industri dari hulu ke hilir akan menyerap tenaga kerja cukup besar.
Namun, Lana melihat kalaupun pembangunan industri tersebut dimulai tahun 2014 manfaatnya baru terasa lima tahun kemudian, atau paling cepat tiga tahun kemudian.

Pasalnya, untuk membangun industri tersebut tidak mudah, selain harus menyiapkan infrastruktur, pemerintah juga harus menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya. (Asep Munazat Zatnika)

 
Analisa :
Seperti dikatakan diatas, negara korea menargetkan negara-negara ASEAN menjadi targetnya untuk berinvestasi, termasuk di Indonesia ini. Dan ternyata setelah menanamkannya di negara Indonesia ini negar Korea mungkin merasa puas dengan berinvestasi di Indonesia sehingga Korea akan terus melanjutkan investasinya di Indonesia ini.

Dan sepertinya rencana investasi Korea  akan membawa keuntungan bagi Indonesia. Salah satunya adalah penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat domestik.

Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Kadin Suryo Bambang Sulisto menganggap, Korea Selatan sudah memiliki modal baik secara finansial maupun secara teknologi. Apalagi dengan segala produk yang dihasilkan, khususnya produk elektronik juga sudah memiliki pasar di dalam negeri.

Nah makanya dari itu dari investasi ini tidak ada masalah apabila kita bekerja sama dengan Korea, karena hal ini akan menguntungkan kita. Selain bisa menikmati lapangan kerja, pajak nilai tambah dari produk-produk mereka. Dan keuntungan ini akan terasa lebih besarnya apalagi setelah BKPM telah mengklaim adanya 20 perusahaan yang akan berinvestasi di Indonesia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar