Minggu, 03 November 2013

TULISAN BAHASA INDONESIA



Ekspor Kopi Sumut Bakal Menurun

 

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) optimistis kenaikan volume ekspor kopi tak lepas dari produksi kopi yang membaik pada tahun ini. AEKI memproyeksikan kenaikan produksi kopi pada tahun 2013 ini di angka sekitar 5 persen dibandingkan dengan produksi kopi tahun lalu yang sebanyak 748 ribu ton secara nasional.

Dinas Perkebunan Sumatera Utara mencatat saat ini luas perkebunan kopi Arabika di Sumut berkisar 58.852,67 hektare dengan produksi kopi sebanyak 49.347,53 ton. Sedangkan untuk kopi Robusta memiliki luas 21.715,71 hektare dengan produksi 9.039,26 ton. Mayoritas produksi ini berasal dari Dairi, Karo, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Simalungun, Pakpak Barat dan Humbahas.

"Karena harga yang bagus tahun lalu, banyak petani yang merawat kebun kopi mereka sehingga produktivitas mengalami kenaikan. Tahun lalu, rata-rata produktivitas kopi nasional mencapai 700 hingga 800 kilogram per hektare," kata CEO Coffindo Sumut, Irfan Anwar, Senin (28/10/2013) di Medan.

Mayoritas produksi kopi Indonesia, katanya, dihasilkan dari petani rakyat. Kontribusi kopi petani ini mencapai sekitar 92 persen dari total produksi kopi Indonesia, sementara kontribusi perkebunan swasta dan perkebunan negara (PTPN) hanya sekitar 8 persen.

 Namun ternyata tidak semua kopi yang diekspor Sumut merupakan produksi asli lokal. Faktanya, sekitar 40 hingga 50 persen ekspor komoditi ini ternyata ikut didatangkan dari Provinsi Aceh.

Kepala Bidang Bina Usaha Dinas Perkebunan Sumut, Sahrida Khairani mengatakan, rendahnya permintaan ekspor bukanlah dikarenakan adanya penurunan jumlah produksi dari perkebunan kopi yang ada di Sumut, melainkan kualitas kopi di Sumut yang menjadi penyebabnya.

Masalah kualitas ini, katanya, akibat kurangnya pengelolaan terpadu yang dilakukan petani pasca panen. "Kita berharap petani kopi memperhatikan pengelolaan saat panen dan pasca panennya, di samping penggunaan pestisida saat pemeliharaan jangan sampai di ambang batas," katanya.

Berdasarkan data surat keterangan asal (SKA) Disperindag Sumut, nilai ekspor kopi Sumut turun menjadi 118,07 juta dolar AS selama Januari-Agustus 2013. Padahal sebelumnya pada periode yang sama pada tahun 2012, ekspor kopi Sumut mencapai 263,83 juta dolar AS.

Wakil Ketua AEKI Sumut, Saidul Alam, mengeluhkan persoalan selama ini di kalangan eksportir yakni mulai masuknya pemain kopi kelas kakap ke sentra-sentra produksi kopi di Sumut. Mereka bersentuhan langsung dengan petani di daerah dan membentuk petani binaan untuk melakukan direct supply kenegara mereka.
"Ini sudah lama menjadi ancaman bagi para eksportir karena akan menimbulkan persaingan harga yang semakin kompetitif. Kita khawatir ini juga akan mempengaruhi volume ekspor lokal," keluhnya.

Ia mengakui AEKI sudah meminta agar pemerintah melakukan filter yang lebih ketat kepada pengusaha kelas internasional yang ekspansi ke Indonesia.


ANALISA :

Seperti yang terlihat dalam artikel diatas, sebenarnya yang membuat melemahnya ekspor kopi ini disebabkan oleh orang dalamnya juga. Mereka membuat permainan dalam penjualan kopi agar harga kopi yang nantinya dijual akan melonjak mahal dan memberikan keuntungan yang lebih banyak bagi produsen kopinya.

Ekspor kopi yang paling sangat menurun penjualannya yaitu Robusta dan Arabica. Penurunan penjualan kopi Arabica ini sudah turun sejak awal tahun 2013 ini. Hal ini mungkin disebabkan musim panen diberbagai perkebunan Kopi di Sumut. Terutama jenis kopi Arabica. Akibatnya, kopi ini membludak, tentunya berpengaruh pada harga jual kopi ini.

Ditambahkannya lagi, kondisi itu juga dikarenakan negara-negara konsumen kopi asal Sumut terpaksa menunda permintaan kopi, harga menjadi salah satu alasannya. Sama halnya dengan pengusaha kopi yang juga menunda pengiriman kopinya ke berbagai negara, menunggu harga kembali stabil. Mungkin hal ini dilakukan juga karena tidak ingin mengalami kerugian.

Sebenarnya peningkatan  peningkatan devisa bisa terus digenjot, bersamaan dengan peningkatan produksi bahan ekspor lainnya dari daerah SUMUT seperti, kelapa sawit dan karet yang juga menjadi andalan Sumut. Tetapi apabila ekspor kopi tidak ingin terlalu melemah, hal seperti ego masing-masing pengusaha untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dari biasanya harus dibuang terlebih dahulu karena kalau hal ini terus berlanjut takutnya malah menjadai kerugian yang akan dialami.
                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar