Ekspor Kopi Sumut Bakal Menurun
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) optimistis kenaikan volume ekspor kopi tak lepas dari produksi kopi yang membaik pada tahun ini. AEKI memproyeksikan kenaikan produksi kopi pada tahun 2013 ini di angka sekitar 5 persen dibandingkan dengan produksi kopi tahun lalu yang sebanyak 748 ribu ton secara nasional.
Dinas Perkebunan Sumatera Utara mencatat saat ini
luas perkebunan kopi Arabika di Sumut berkisar 58.852,67 hektare dengan
produksi kopi sebanyak 49.347,53 ton. Sedangkan untuk kopi Robusta memiliki
luas 21.715,71 hektare dengan produksi 9.039,26 ton. Mayoritas produksi ini
berasal dari Dairi, Karo, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing
Natal, Simalungun, Pakpak Barat dan Humbahas.
"Karena harga yang bagus tahun lalu, banyak
petani yang merawat kebun kopi mereka sehingga produktivitas mengalami
kenaikan. Tahun lalu, rata-rata produktivitas kopi nasional mencapai 700 hingga
800 kilogram per hektare," kata CEO Coffindo Sumut, Irfan Anwar, Senin
(28/10/2013) di Medan.
Mayoritas produksi kopi Indonesia, katanya,
dihasilkan dari petani rakyat. Kontribusi kopi petani ini mencapai sekitar 92
persen dari total produksi kopi Indonesia, sementara kontribusi perkebunan
swasta dan perkebunan negara (PTPN) hanya sekitar 8 persen.
Namun ternyata tidak semua kopi yang
diekspor Sumut merupakan produksi asli lokal. Faktanya, sekitar 40 hingga 50
persen ekspor komoditi ini ternyata ikut didatangkan dari Provinsi Aceh.
Kepala Bidang Bina Usaha Dinas Perkebunan Sumut,
Sahrida Khairani mengatakan, rendahnya permintaan ekspor bukanlah dikarenakan
adanya penurunan jumlah produksi dari perkebunan kopi yang ada di Sumut,
melainkan kualitas kopi di Sumut yang menjadi penyebabnya.
Masalah kualitas ini, katanya, akibat kurangnya
pengelolaan terpadu yang dilakukan petani pasca panen. "Kita berharap
petani kopi memperhatikan pengelolaan saat panen dan pasca panennya, di samping
penggunaan pestisida saat pemeliharaan jangan sampai di ambang batas,"
katanya.
Berdasarkan data surat keterangan asal (SKA)
Disperindag Sumut, nilai ekspor kopi Sumut turun menjadi 118,07 juta dolar AS
selama Januari-Agustus 2013. Padahal sebelumnya pada periode yang sama pada
tahun 2012, ekspor kopi Sumut mencapai 263,83 juta dolar AS.
Wakil Ketua AEKI Sumut, Saidul Alam, mengeluhkan
persoalan selama ini di kalangan eksportir yakni mulai masuknya pemain kopi
kelas kakap ke sentra-sentra produksi kopi di Sumut. Mereka bersentuhan
langsung dengan petani di daerah dan membentuk petani binaan untuk melakukan
direct supply kenegara mereka.
"Ini sudah lama menjadi ancaman bagi para
eksportir karena akan menimbulkan persaingan harga yang semakin kompetitif.
Kita khawatir ini juga akan mempengaruhi volume ekspor lokal," keluhnya.
Ia mengakui AEKI sudah meminta agar pemerintah
melakukan filter yang lebih ketat kepada pengusaha kelas internasional yang
ekspansi ke Indonesia.
ANALISA :
Seperti yang terlihat dalam artikel diatas,
sebenarnya yang membuat melemahnya ekspor kopi ini disebabkan oleh orang
dalamnya juga. Mereka membuat permainan dalam penjualan kopi agar harga kopi
yang nantinya dijual akan melonjak mahal dan memberikan keuntungan yang lebih
banyak bagi produsen kopinya.
Ekspor kopi yang paling sangat menurun
penjualannya yaitu Robusta dan Arabica. Penurunan penjualan kopi Arabica ini
sudah turun sejak awal tahun 2013 ini. Hal ini mungkin disebabkan musim panen diberbagai
perkebunan Kopi di Sumut. Terutama jenis kopi Arabica. Akibatnya, kopi ini membludak,
tentunya berpengaruh pada harga jual kopi ini.
Ditambahkannya
lagi, kondisi itu juga dikarenakan negara-negara konsumen kopi asal Sumut
terpaksa menunda permintaan kopi, harga menjadi salah satu alasannya. Sama
halnya dengan pengusaha kopi yang juga menunda pengiriman kopinya ke berbagai
negara, menunggu harga kembali stabil. Mungkin hal ini dilakukan juga karena
tidak ingin mengalami kerugian.
Sebenarnya peningkatan
peningkatan devisa bisa terus digenjot,
bersamaan dengan peningkatan produksi bahan ekspor lainnya dari daerah SUMUT
seperti, kelapa sawit dan karet yang juga menjadi andalan Sumut. Tetapi apabila
ekspor kopi tidak ingin terlalu melemah, hal seperti ego masing-masing
pengusaha untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dari biasanya harus
dibuang terlebih dahulu karena kalau hal ini terus berlanjut takutnya malah
menjadai kerugian yang akan dialami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar